KONTRAKTOR BANGUN RUMAH JAWA JOGLO

KONTRAKTOR BANGUN RUMAH JAWA JOGLO

KONTRAKTOR BANGUN RUMAH JAWA JOGLO memiliki model rumah yang kita inginkan tentu menjadi harapan semua orang. Banyak desain bangunan rumah yang telah dibuat menjadikan kita bingung dalam menentukan tema bangunan tempat tinggal kita. KONTRAKTOR BANGUN RUMAH JAWA JOGLO sebagai salah satu model bangunan yang banyak diminati karena memiliki ciri khas tersendiri dalam bentuk bangunannya serta material yang digunakannya. Zaman sekarang membangun rumah bergaya adat sudah tidak terlalu umum, karena kebanyakan orang cenderung lebih memilih rumah bergaya modern. Namun tentu, rumah joglo tetap ada peminatnya. Apakah anda tertarik membangun rumah dengan sentuhan adat Jawa namun masih kekurangan informasi untuk membangun?

Kali ini homify memiliki ulasan lengkap mengenai rumah joglo atau rumah adat Jawa; mulai dari jenis-jenisnya, kelebihan dan kekurangannya, serta perkiraan biaya membangunnya. Tentu, hal ini juga tergantung dari preferensi anda, apakah anda ingin rumah masa depan anda sepenuhnya didesain seperti rumah joglo atau modern dengan sentuhan Jawa yang tradisional namun elegan.

Mari disimak, dijamin anda akan lebih terinspirasi untuk membangun rumah bergaya joglo anda..

1. Jenis-jenis rumah adat Jawa

RUDY VMM Taman Modern Oleh sony architect studio Modern

Rumah adat Jawa atau rumah joglo umumnya didirikan oleh masyarakat yang tinggal di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ciri khas rumah adat Jawa adalah bentuk atap ruang utama yang tinggi dan disangga oleh empat tiang yang disebut soko guru. Sebutan joglo mengacu pada ruang utama sekaligus ciri khusus rumah adat Jawa. Ruang utama yang dimaksud adalah sebuah ruang terbuka tanpa dinding, berfungsi sebagai ruangan di mana tuan rumah menemui para tamunya, berbincang-bincang dengan anggota keluarga, atau sebagai tempat berlangsungnya acara ritual, musyawarah, atau hajatan (acara pernikahan, khitanan, dll.). Sedangkan ruangan lainnya adalah pringgitan (tempat pertunjukan wayang kulit), dan tiga senthong (ruangan tertutup) yang terletak di tengah, kanan, dan kiri rumah joglo. Tiga senthong ini berfungsi sebagai area pribadi penghuni rumah, yaitu kamar-kamar tidur dan ruang keluarga. Lalu ada juga bangunan tambahan yang berada di samping kanan atau kiri rumah yang berfungsi sebagai dapur.

Menurut bentuk keseluruhan dan bentuk kerangkanya, rumah joglo dibedakan menjadi:

  •  Joglo nom (joglo muda), bentuk atapnya memanjang dan tinggi
  • Joglo tuwo (joglo tua), atapnya tidak memanjang dan cenderung mendatar (rebah)
  • Joglo lanangan (joglo pria), rumah joglo yang menggunakan konstruksi dari balok kayu tebal
  •  Joglo wadon (joglo wanita), rumah joglo ini menggunakan rangka kayu yang cenderung pipih.

2. Cara membangun dan perkiraan biaya rumah adat Jawa

Tulodong IV Ruang Makan Modern Oleh WOSO Studio Modern
– Bahan Rumah adat Jawa di masa lalu semua bagiannya terbuat dari kayu, baik tiang-tiang utama, balok penyangga atap, lantai, maupun dinding bagian dalam rumah joglo. Untuk tiang-tiang penyangga biasanya terbuat dari kayu jati, sedangkan bagian lainnya terbuat dari kayu sonokeling. Sedangkan penutup atap yang lazim digunakan adalah genteng tanah liat.

– Cara membangun atap rumah joglo

  • 1. Seluruh permukaan tanah dipadatkan agar tidak menurun saat tiang soko guru didirikan. Setelah pondasi diletakkan, kemudian soko guru dipasang dengan jarak yang sama. Setelah soko guru terpasang, tahap selanjutnya adalah memasang konstruksi penyangga atap.
  • 2. Tumpang sari dipasang di atas soko guru. Kemudian kuda-kuda diletakkan di atas ring balok, lalu diikat menggunakan gording.
  • 3. Balok berukuran 5 x 10 cm dipasang diagonal di antara kuda-kuda.
  • 4. Kayu kaso (kasau) dipasang di atas gording. Kemudian reng dipasang di atas kasau. Jarak reng disesuaikan dengan jenis penutup atap yang akan digunakan.
  • 5. Pasang penutup atap. – Perkiraan biayaMengingat seluruh bagian rumah adat Jawa asli terbuat dari kayu, maka diperlukan sekitar 5,7 meter kubik kayu untuk membangun pendoponya saja. Kayu jati hanya digunakan untuk bagian penyangga (soko guru) saja, karena akan sangat berisiko bila seluruh kerangka penyangga atap juga dibuat dari kayu jati. Rincian biaya secara garis besar adalah: 1. Kayu jati per meter kubik Rp 7 juta 2. 5,7 meter kubik kayu sonokeling @ Rp 6 juta = Rp 34, 2 juta 3. Genteng tanah liat @ Rp 1100
Pada kedua ujung soko guru biasanya dilengkapi ornamen. Masing-masing soko guru disambungkan oleh balok kayu yang diberi nama tumpang sari dan sunduk. Di atasnya terdapat susunan rangka atap rumah joglo yang kompleks, dengan setiap bagian yang memiliki namanya sendiri. Secara singkat, masing-masing bagian rangka atap rumah joglo dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Molo, balok yang terletak di bagian paling atas dan dianggap sebagai kepala bangunan
2. Pengeret, balok penghubung sekaligus stabilisator antar tiang. ini adalah kerangka atap rumah bagian atas yang melintang sesuai lebar rumah dan dikaitkan dengan blandar
3. Ander, balok di atas pengeret untuk menopang molo
4. Geganja, berfungsi sebagai penguat ander
5. Sunduk, stabilisator tiang yang berfungsi untuk menahan goncangan
6. Kili, balok kayu untuk mengunci tiang dan cathokan sunduk
7. Santen, penyangga yang terletak di antara pengeret dan kili
8. Pamidhangan, rongga yang terbentuk oleh rangkaian balok pada brunjung
9. Dhadha manuk, balok pengeret yang berada di tengah pamidhangan
10. Panitih
11. Penangkur
12. Dudur, balok penghubung sudut persilangan penitih, penanggap, dan penangkur dengan molo
13. Kecer, balok penyangga molo sekaligus penopang atap
14. Emprit ganthil, pengunci purus tiang yang menonjol
15. Elar, ekstensi soko guru bagian atas yang mengarah keluar
16. Songgo uwang, konstruksi penyangga untuk keperluan artistik.

4. Keunikan konstruksi rumah adat Jawa

Oleh press profile homify

Konstruksi rangka atap joglo terdiri dari sistem cathokan dan sistem purus. Seperti terlihat pada gambar, sistem purus adalah sistem konstruksi knockdown dengan tonjolan dan lubang yang saling mengunci. Sedangkan sistem cathokan terdiri dari dua permukaan cekung yang akan saling mengunci bila dipertemukan. Mirip seperti sistem konstruksi pada rumah prefabrikasi. Dengan adanya dua sistem ini, rumah adat Jawa dapat dibangun dengan tanpa bantuan paku maupun baut.

5. Kelebihan rumah adat Jawa

Interior Residential - Lanata 2 Residence Ruang Keluarga Gaya Eklektik Oleh RANAH Eklektik

Sebagai kekayaan arsitektur tradisional Indonesia, rumah adat Jawa memiliki kelebihan sebagai berikut:

1. Berkat adanya bentuk atap yang meruncing di bagian tengah, udara di dalam rumah akan terasa sangat sejuk.
2. Tersedia area cukup luas untuk bersosialisasi, baik dengan sesama anggota keluarga atau tamu yang datang berkunjung.
3. Adanya pembagian ruang untuk semua keperluan, baik untuk aktivitas jasmani maupun rohani.
4. Rumah joglo dapat dipindahkan ke lokasi lain, sama seperti rumah prefabrikasi.
5. Lantaran semua bagiannya terbuat dari kayu, rumah adat Jawa lebih mampu mengatasi hawa panas yang datang dari luar.
6. Lebih ramah lingkungan dan sisa material tidak sulit dibersihkan.

6. Kekurangan rumah adat Jawa

Interior Residential - Lanata 2 Residence Ruang Keluarga Gaya Eklektik Oleh RANAH Eklektik

Agar seimbang, kekurangan rumah adat Jawa yang disebutkan di bawah ini juga perlu diketahui:

1. Pada dasarnya, rumah joglo adalah rumah para bangsawan atau orang kaya jaman dahulu. Diperlukan lahan yang sangat luas untuk bisa membangun rumah joglo asli yang lengkap dengan pendopo, pringgitan, senthong dan gandhok.
2. Diperlukan biaya cukup besar untuk membangun rumah adat Jawa asli, akibat semakin mahalnya harga material kayu.
3. Segala aktivitas yang dilakukan di pendopo akan terlihat dengan jelas oleh para tetangga. Jelas kurang cocok untuk mereka yang menyukai privasi tinggi.
4. Bila genteng penutup atap bergeser atau pecah, maka ruangan di bawahnya akan bocor saat hujan dan terpapar cahaya matahari langsung saat cuaca sedang cerah.
5. Tanpa adanya dinding penutup, lantai area pendopo lebih mudah kotor akibat debu.

7. Tips memadukan gaya Jawa dan gaya modern di rumah

Ruang Keluarga Modern Oleh homify Modern

Seperti yang telah kami ungkapkan di awal artikel ini, apa yang paling sesuai untuk sebuah masyarakat adalah segala hal yang berasal dan diciptakan di mana mereka tinggal. Meski demikian, waktu terus berjalan. Apa yang dulunya paling sesuai untuk suatu masyarakat harus bisa beradaptasi dengan perubahan. Demikian juga arsitektur tradisional Jawa bisa disesuaikan agar relevan dengan situasi terkini, agar tetap dicintai dan diingat oleh masyarakat sepanjang masa. Menurut homify, beginilah caranya:

1. Rumah adat Jawa masa kini tidak harus terbuat dari kayu seluruhnya. Agar lebih hemat biaya, semen, batu bata, atau beton bisa digunakan sebagai pengganti kayu untuk dinding, Untuk nuansa tradisional yang lebih otentik, pertimbangkan dinding batu bata ekspos.  2. Bila ingin memiliki rumah adat Jawa tapi tak ingin repot membangunnya, kini sudah tersedia joglo siap pakai. Saat ini  rumah joglo knockdown seluas 224 meter persegi dengan 5 kamar tidur telah dijual bebas dan ditawarkan seharga Rp 325 juta.

3. Ingin hadirkan nuansa Jawa tapi tak ada dana membangun atau membeli rumah joglo? Jangan galau. Tatalah interior ruangan dengan memadukan gaya Jawa dan gaya modern. Misalnya dengan menempatkan furnitur berukir, lampu gantung kuno, atau cermin berukir di ruangan Anda. Ganti pelapis sofa dan sarung bantal kursi dengan batik. Agar lebih jelas, mintalah bantuan profesional untuk merancang tata ruang Jawa modern.

4. Keterbukaan ala pendopo rumah joglo bisa diterapkan dengan menciptakan ruang terbuka sebanyak mungkin, dan tersebar di beberapa titik rumah. Misalnya di halaman belakang, di samping rumah, dan depan rumah. Area terbuka tidak perlu luas, tapi cukup menampakkan suasana luar ruangan. Misalnya, sebuah ruang makan dan dapur yang berhadapan dengan taman kecil

RUMAH JOGLO JAWA

RUMAH JOGLO JAWA

RUMAH JOGLO JAWA rumah jawa memiliki beberapa ciri yang sangat utama, diantaranya selalu menggunakan material kayu sebagai bahan utama dalam pembangunannya. Seiring berkembangnya tehnologi sekarang ini, banyak di media sosial sudah terdapat contoh RUMAH JOGLO JAWA. Bentuk bangunan ini tidak hanya diminati oleh kalangan suku jawa sendiri, tetapi banyak orang sudah mendirikan bangunan konsep jawa tersebut. Saat mengamati rumah adat Jawa (atau rumah adat dari daerah lainnya), pernahkah terbersit pertanyaan mengapa rumah adat itu memiliki bentuk yang demikian? Lantaran bentuk rumah adat sudah sangat umum dan dipelajari sejak bangku sekolah, kita acapkali menganggapnya sebagai sesuatu yang sudah dari sananya. Asal tahu saja, apapun yang diciptakan manusia berawal dari proses panjang dan ada alasan yang mendasari penciptaannya. Demikian juga halnya dengan rumah adat Jawa. Kali ini, homify membahas rumah adat Jawa dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari sudut pandang sejarah, filosofi, dan tips menghadirkan nuansa tradisional Jawa dalam hunian.

1. Rumah adat Jawa sudah ada sejak zaman Mataram Hindu

Wood Ceiling Decorative: Rumah teras oleh AIRE INTERIOR , Tropis Kayu Wood effect

Melalui relief Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-9 Masehi di zaman Kerajaan Mataram Hindu, bisa diketahui bahwa di masa itu orang Jawa telah mengenal rumah sebagai tempat tinggal. Bentuk rumah pada relief adalah rumah panggung dengan kolong yang khas seperti rumah-rumah masyarakat Astronesia pada umumnya. Pola lantainya pun lebih condong ke bentuk persegi panjang daripada bujur sangkar (persegi) sebagaimana rumah adat Jawa yang kita kenal saat ini. Berdasarkan relief Candi Borobudur, rumah adat Jawa memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Dinding rumah terbuat dari bambu yang dianyam atau kayu, dan dikelompokkan menjadi bangunan tertutup, bangunan terbuka, bangunan campuran (terbuka dan tertutup), dan bangunan setengah terbuka;
2. Kaki bangunan terdiri dari kolong, umpak (penyangga tiang), dan batur (lantai);
3. Lantai rumah terbuat dari kayu;
4. Tiang rumah atau kolom terbuat dari kayu;
5. Atap rumah berbentuk atap kampung (pelana), atap limasan, dan atap tajuk.

2. Ada dua tipe rumah adat Jawa

Interior Residential - Lanata 2 Residence: Ruang Keluarga oleh RANAH, Eklektik

Rumah adat Jawa yang jejaknya terekam pada relief Candi Borobudur memang sangat berbeda dengan gambaran yang ada di benak kita tentang rumah adat Jawa. Hal ini bisa dipahami karena rumah joglo, yang selama ini kita kenal sebagai ikon rumah adat Jawa, ternyata adalah gaya rumah para bangsawan. Bentuk atapnya yang meruncing di tengah kemudian melebar ke samping mencerminkan pandangan hidup orang Jawa, bahwa manusia dalam hidupnya harus dekat dengan Penciptanya tapi juga tidak boleh melupakan masyarakat di sekelilingnya. Bentuk atap rumah joglo juga mengandung pengingat bahwa seseorang yang kedudukannya tinggi atau telah tercapai cita-citanya sebaiknya tidak mengabaikan situasi di sekelilingnya. Menurut penelitian, kebiasaan membangun rumah joglo dari batu bata dan genteng sedikit banyak dipengaruhi oleh kedatangan bangsa Eropa di Jawa di abad 16 dan 17.

Lalu bagaimana dengan rumah adat Jawa versi relief Candi Borobudur? Rumah ini disebut dengan rumah kampung, dan dihuni oleh masyarakat kebanyakan (bukan bangsawan). Ukuran rumah kampung jauh lebih kecil daripada rumah joglo, meski sama-sama memanfaatkan kayu sebagai material utamanya. Rumah joglo maupun rumah kampung zaman dulu sama-sama dibangun dengan sistem tumpang sari, sebuah teknik konstruksi tradisional yang tidak memerlukan paku dan baut untuk menyambung potongan-potongan kayu. Bila rumah joglo dibangun di atas tanah, maka rumah kampung cenderung dibangun di atas panggung. Rumah joglo dan rumah kampung juga sama-sama memiliki ruang khusus untuk menerima tamu. Di rumah joglo, tamu dan tuan rumah bercengkerama di pendopo sambil duduk bersimpuh di lantai. Sedangkan di rumah kampung, tamu dan tuan rumah bersantai bersama di teras. Tidak ada kursi di pendopo rumah joglo maupun di teras rumah kampung. Baik tamu dan tuan rumah sama-sama duduk di lantai, melambangkan kesetaraan derajat di antara keduanya.

Sejalan dengan budaya Jawa yang selalu mengandung makna di balik penampakan fisiknya, bagian-bagian rumah adat Jawa juga sarat akan makna. Atap rumah adat Jawa cenderung rendah di bagian tepi, ada juga pembatas setinggi sekitar 20 cm antara bagian dalam dan luar rumah. Di rumah joglo asli (dibangun di zaman dulu), dua bagian ini ada di batas antara pendopo dan pringgitan (ruang tengah). Kondisi area pintu masuk yang demikian mengandung arti agar siapa pun selalu berhati-hati dalam melangkah, baik ketika akan masuk ke dalam rumah atau meninggalkan ruma

Master bedroom: Kamar Tidur oleh Maxx Details, Minimalis
3. Rumah adat Jawa telah disesuaikan dengan iklim tropis
 Rumah oleh homify, Tropis Batu Bata

Konstruksi rumah adat Jawa telah dirancang agar memberikan rasa nyaman meskipun didirikan di area beriklim tropis yang cenderung hangat. Hal ini tercermin dari struktur dinding rumah adat Jawa yang terbuka (tanpa dinding di bagian dalam rumah, di rumah modern disebut interior open plan). Selain itu, material dinding juga dirancang agar membantu menyejukkan suhu ruangan. Ada rumah adat Jawa yang menggunakan dinding kombinasi bambu dan papan (kotangan), dinding papan (gebyog), dan dinding bambu (gedheg). Udara yang masuk dari sela-sela papan atau bambu akan menyebar ke seluruh ruangan, menggantikan udara dalam ruangan. Inilah mengapa rumah adat Jawa selalu terasa adem bahkan di tengah cuaca panas.

Meskipun atap rumah adat Jawa model limasan dan tajuk lebih rendah di bagian tepi, tetapi bentuk atap meruncing di bagian tengah. Bentuk ini juga handal dalam melancarkan sirkulasi udara di dalam rumah, sama seperti rumah berlangit-langit tinggi peninggalan era kolonial. Material kayu dan bambu juga punya peranan dalam menjaga suhu ruangan. Lantai kayu memang akan cenderung menyerap panas, sehingga dibuatlah kolong rumah agar udara di bawah rumah bisa mengalir naik melalui sela-sela lantai kayu.

4. Rumah adat Jawa bisa diciptakan di mana saja

Interior Residential - Lanata 2 Residence: Ruang Keluarga oleh RANAH, Eklektik

Kompleksnya struktur dan denah lantai rumah adat Jawa menjadi penyebab mengapa gaya rumah ini ditinggalkan. Pembangunan atap limasan dan atap tajuk memerlukan keahlian profesional dengan ketrampilan khusus, dan biayanya pun tidak sedikit. Di samping itu, harga material kayu pun semakin mahal setiap tahun. Bagaikan pungguk merindukan bulan, kita mengagumi keindahan rumah adat Jawa tetapi tidak bisa memilikinya. Haruskah demikian? Tidak juga.

Seperti yang pernah kami ulas di artikel-artikel sebelumnya, keterbatasan bisa menjadi potensi yang menunggu untuk dikembangkan. Unsur-unsur yang kurang relevan dengan suasana kekinian bisa dihilangkan tanpa mengabaikan esensi utamanya. Bila berniat membangun rumah joglo namun terkendala dengan masalah lahan, beberapa bagian bisa disesuaikan sesuai kebutuhan. Misalnya dengan menghilangkan ruang pringgitan (ruangan untuk mementaskan wayang), sehingga rumah adat hanya terdiri dari pendopo dan ruang belakang (omah njero) yang terbagi menjadi kamar-kamar tidur, kamar mandi, dan dapur. Dinding kayu bisa diganti dengan dinding batu bata ekspos, dan lantai kayu bisa digantikan lantai teraso atau lantai tanah liat. Dengan menyingkirkan sofa dan meja kopi, sebuah ruang tamu khas Jawa sudah tercipta. Bila membangun rumah joglo tidak sesuai dengan kekuatan bujet, membangun rumah kampung mungkin bisa jadi pilihan.

Elemen dekoratif kayu berukir memang menjadi ciri khas rumah Jawa yang sangat populer. Meski demikian, elemen ini bukankah elemen satu-satunya yang bisa mendatangkan nuansa Jawa di rumah. Elemen lain ada di poin selanjutnya.

5. Nuansa Jawa bisa dihadirkan melalui furnitur

 Ruang Makan oleh homify, Modern

Furnitur antik atau furnitur vintage selalu bisa mendatangkan suasana masa lalu dalam ruangan. Furnitur antik gaya Jawa mampu mendatangkan atmosfer Jawa dalam rumah yang tidak berbentuk rumah joglo maupun rumah kampung. Harga furnitur antik juga bisa dibilang wow karena bisa mencapai puluhan juta rupiah. Sebagai gambaran, seperangkat kursi tamu dari bahan kayu jati ditawarkan seharga Rp 19 juta. Agar tidak salah pilih, tips memilih furnitur antik berikut ini bisa diterapkan:

1. Kualitas kayu
Furnitur antik umumnya terbuat dari kayu. Bila sudah uzur, kayu cenderung keropos atau dimakan rayap. Coba periksa apakah ada lubang atau retak pada furnitur. Goyangkan furnitur ke kanan dan ke kiri untuk mengetahui apakah furnitur masih cukup kokoh.

2. Orisinalitas
Saat ini furnitur antik ada dua macam. Pertama, furnitur antik yang benar-benar diproduksi di zaman dulu. Sedangkan yang kedua adalah furnitur baru yang didesain dengan gaya antik. Dari dua jenis furnitur antik ini, pemilik rumah perlu memutuskan mana yang disukainya. Untuk bisa membedakan antara furnitur antik dengan furnitur baru gaya antik, calon pembeli harus mempunyai sedikit pengetahuan tentang barang antik. Ia harus mengetahui apakah elemen-elemen tambahan pada furnitur, misalnya engsel, lubang kunci, gagang, dll, benar-benar asli.

3. Fungsi furnitur
Apa gunanya mempunyai sebuah benda yang tidak dapat digunakan sesuai fungsinya? Sebelum membeli furnitur antik, ujilah apakah furnitur masih bisa digunakan. Misalnya, dengan mencoba mendudukinya, atau membuka tutup pintunya.

4. Aroma
Furnitur antik dan terawat akan mengeluarkan aroma kayu yang harum. Bila tidak, itu pertanda furnitur kurang terawat. Dengan kondisi yang demikian, calon pembeli bisa menawar harga furnitur antik lebih rendah daripada harga jual yang ditawarkan. Furnitur antik dengan kualitas yang kurang sempurna bisa diperbarui agar layak dipajang dan difungsikan sebagaimana mestinya

BANGUN RUMAH MODEL JAWA

BANGUN RUMAH MODEL JAWA

BANGUN RUMAH MODEL JAWA bentuk bangunan dengan tema adat jawa merupakan ciri tersendiri. Biasanya rumah jawa membutuhkan lahan yang cukup luas karena terdapat model pendopo yang bangunannya akan memakan tempat. Desain dan arsitektur rumah Jawa memiliki cirikhas tersendiri dan dipakai dengan fungsi yang beragam. Jika kamu pergi ke pedesaan, BANGUN RUMAH MODEL JAWA akan banyak ditemukan sebagai tempat tinggal yang sangat nyaman. Ada juga rumah Jawa yang hanya digunakansebagai desain ruang tamu saja, seperti di keraton-keraton Yogyakarta dan Surakarta.

Tidak hanya itu, ada banyak hal yang mungkin belum pernah kamu dengar lebih dalam mengenai rumah Jawa. Nah, di artikel kali ini Kania akan membagikan fakta-fakta menarik soal rumah Jawa. Penasaran? Yuk, kita simak di bawah ini.

1. Atap rumah Jawa diyakini sebagai lambang status sosial penghuninya

Atap rumah Jawa memiliki banyak ragam model. Tetapi tahukah kamu bahwa atap-atap tersebut memiliki arti tertentu. Ya, perbedaan model atap rumah Jawa melambangkan status sosial penghuninya. Terdapat lima jenis rumah yang memiliki atap berbeda, yaitu Panggang Pe, Kampung, Limasan, Joglo, dan Tajug.

Atap rumah Panggang Pe merupakan atap yang paling sederhana dibanding empat model lainnya karena berbentuk miring ke satu sisi atau berat sebelah. Biasanya rumah ini digunakan sebagai tempat tinggal sekaligus warung untuk berjualan. Rumah Kampung merupakan rumah rakyat biasa yang memiliki bentuk atap seimbang antara sisi kiri dan kanannya sehingga membentuk segitiga runcing.

Atap Rumah Jawa Melambangkan Status Sosialblogspot.com

Rumah Limasan adalah rumah yang bisa dikatakan memiliki strata cukup tinggi dan paling banyak digunakan oleh rakyat Jawa. Berbeda dengan rumah Kampung, atap rumah Limasan menutupi bagian atas rumah pada empat sisinya dan berbentuk segitiga tumpul.

Rumah  Joglo adalah rumah yang paling mewah. Biasanya yang menempati rumah Joglo adalah bangsawan. Atap utamanya berbentuk curam dan tiang lanjutannya melandai tetapi tidak sepanjang rumah Limasan. Terakhir, rumah Tajug merupakan rumah yang kerap dipakai sebagai masjid. Rumah Tajug memiliki bentuk atap yang runcing dengan empat sisi.

2. Arsitektur rumah Jawa menginspirasi bangunan Kolonial Belanda

Rumah Jawa Mempengaruhi Arsitektuk Kolonial Belandablogspot.com

Saat masa kolonialisasi Belanda di Indonesia, para penjajah mendirikan banyak gedung dan rumah. Ternyata, mereka mengadopsi gaya arsitektur rumah Jawa, lho! Hal ini dikarenakan rumah Jawa punya bentuk bangunan yang mampu melawan terik panas matahari dan derasnya hujan. Meski terpapar panas dan hujan, rumah Jawa tetap memiliki sirkulasi udara yang baik di dalamnya.

3. Rumah Jawa sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Kuno

Relief Rumah Jawa Candi Borobudurgoogle.com

Fakta ketiga ini bisa terlihat di relief Candi Borobudur. Relief tersebut menggambarkan rumah penduduk yang berbentuk seperti rumah Jawa sekarang, tetapi memiliki jarak antara tanah dengan rumah, atau dalam kata lain seperti rumah panggung. Bahan material rumah yang dipakai  saat itu adalah anyaman bambu atau kayu.

Rumah tersebut memiliki pola lantai berbentuk persegi panjang seperti rumah Jawa Limasan atau Joglo. Atapnya menggunakan atap rumah Limasan, Kampung, dan Tajuk.

4. Rumah Jawa terbagi dalam tiga bagian utama

Bagian Kompleks Rumah Jawagoogle.com

Sebuah rumah Jawa biasanya dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu pendapa, pringgitan, dan dalem. Pendapa merupakan teras atau paviliun yang terletak di depan rumah Jawa. Fungsi dari pendapa adalah untuk menerima tamu atau mengadakan pertemuan. Setelah memasuki pendapa, kamu akan masuk ke pringgitan.

Pringgitan adalah bagian yang menjadi penghubung antara pendapa dengan omah yang berfungsi sebagai tempat orang Jawa bermain wayang. Dalem adalah bagian utama yang berbentuk persegi atau persegi panjang yang berfungsi sebagai tempat penghuni tinggal.

5. Rumah Jawa kerap dikaitkan dengan keberadaan Dewi Sri

Rumah Jawa Berkaitan Dengan Dewi Sriwikipedia.org

Sebagian besar penghuni rumah Jawa bermata pencaharian sebagai petani. Mereka menyimpan hasil panennya di rumah mereka. Mereka pun percaya bahwa dewi padi, Dewi Sri, mampu memberi kebahagiaan dan kemakmuran. Maka dari itu, ada bagian yang diperuntukkan bagi Dewi Sri yaitu ruangan krobongan.

Krobongan merupakan bagian dari senthong (kamar di di dalem) yang digunakan untuk memuja Dewi Sri. Ruangan ini dihias seindah mungkin karena diyakini sebagai tempat tinggal Dewi Sri di dalam rumah.

Pada intinya, rumah Jawa tidak sembarangan dibangun dan tidak terbatas pada estetikanya saja. Akan tetapi, rumah ini dibuat dengan makna dan penghitungan tertentu. Maka dari itu, kita patut menghargai warisan budaya yang sudah ada sejak lama ini.

Open chat
Konsultasi Gratis
Konsultasi Gratis