RUMAH JOGLO JAWA

RUMAH JOGLO JAWA

RUMAH JOGLO JAWA rumah jawa memiliki beberapa ciri yang sangat utama, diantaranya selalu menggunakan material kayu sebagai bahan utama dalam pembangunannya. Seiring berkembangnya tehnologi sekarang ini, banyak di media sosial sudah terdapat contoh RUMAH JOGLO JAWA. Bentuk bangunan ini tidak hanya diminati oleh kalangan suku jawa sendiri, tetapi banyak orang sudah mendirikan bangunan konsep jawa tersebut. Saat mengamati rumah adat Jawa (atau rumah adat dari daerah lainnya), pernahkah terbersit pertanyaan mengapa rumah adat itu memiliki bentuk yang demikian? Lantaran bentuk rumah adat sudah sangat umum dan dipelajari sejak bangku sekolah, kita acapkali menganggapnya sebagai sesuatu yang sudah dari sananya. Asal tahu saja, apapun yang diciptakan manusia berawal dari proses panjang dan ada alasan yang mendasari penciptaannya. Demikian juga halnya dengan rumah adat Jawa. Kali ini, homify membahas rumah adat Jawa dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari sudut pandang sejarah, filosofi, dan tips menghadirkan nuansa tradisional Jawa dalam hunian.

1. Rumah adat Jawa sudah ada sejak zaman Mataram Hindu

Wood Ceiling Decorative: Rumah teras oleh AIRE INTERIOR , Tropis Kayu Wood effect

Melalui relief Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-9 Masehi di zaman Kerajaan Mataram Hindu, bisa diketahui bahwa di masa itu orang Jawa telah mengenal rumah sebagai tempat tinggal. Bentuk rumah pada relief adalah rumah panggung dengan kolong yang khas seperti rumah-rumah masyarakat Astronesia pada umumnya. Pola lantainya pun lebih condong ke bentuk persegi panjang daripada bujur sangkar (persegi) sebagaimana rumah adat Jawa yang kita kenal saat ini. Berdasarkan relief Candi Borobudur, rumah adat Jawa memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Dinding rumah terbuat dari bambu yang dianyam atau kayu, dan dikelompokkan menjadi bangunan tertutup, bangunan terbuka, bangunan campuran (terbuka dan tertutup), dan bangunan setengah terbuka;
2. Kaki bangunan terdiri dari kolong, umpak (penyangga tiang), dan batur (lantai);
3. Lantai rumah terbuat dari kayu;
4. Tiang rumah atau kolom terbuat dari kayu;
5. Atap rumah berbentuk atap kampung (pelana), atap limasan, dan atap tajuk.

2. Ada dua tipe rumah adat Jawa

Interior Residential - Lanata 2 Residence: Ruang Keluarga oleh RANAH, Eklektik

Rumah adat Jawa yang jejaknya terekam pada relief Candi Borobudur memang sangat berbeda dengan gambaran yang ada di benak kita tentang rumah adat Jawa. Hal ini bisa dipahami karena rumah joglo, yang selama ini kita kenal sebagai ikon rumah adat Jawa, ternyata adalah gaya rumah para bangsawan. Bentuk atapnya yang meruncing di tengah kemudian melebar ke samping mencerminkan pandangan hidup orang Jawa, bahwa manusia dalam hidupnya harus dekat dengan Penciptanya tapi juga tidak boleh melupakan masyarakat di sekelilingnya. Bentuk atap rumah joglo juga mengandung pengingat bahwa seseorang yang kedudukannya tinggi atau telah tercapai cita-citanya sebaiknya tidak mengabaikan situasi di sekelilingnya. Menurut penelitian, kebiasaan membangun rumah joglo dari batu bata dan genteng sedikit banyak dipengaruhi oleh kedatangan bangsa Eropa di Jawa di abad 16 dan 17.

Lalu bagaimana dengan rumah adat Jawa versi relief Candi Borobudur? Rumah ini disebut dengan rumah kampung, dan dihuni oleh masyarakat kebanyakan (bukan bangsawan). Ukuran rumah kampung jauh lebih kecil daripada rumah joglo, meski sama-sama memanfaatkan kayu sebagai material utamanya. Rumah joglo maupun rumah kampung zaman dulu sama-sama dibangun dengan sistem tumpang sari, sebuah teknik konstruksi tradisional yang tidak memerlukan paku dan baut untuk menyambung potongan-potongan kayu. Bila rumah joglo dibangun di atas tanah, maka rumah kampung cenderung dibangun di atas panggung. Rumah joglo dan rumah kampung juga sama-sama memiliki ruang khusus untuk menerima tamu. Di rumah joglo, tamu dan tuan rumah bercengkerama di pendopo sambil duduk bersimpuh di lantai. Sedangkan di rumah kampung, tamu dan tuan rumah bersantai bersama di teras. Tidak ada kursi di pendopo rumah joglo maupun di teras rumah kampung. Baik tamu dan tuan rumah sama-sama duduk di lantai, melambangkan kesetaraan derajat di antara keduanya.

Sejalan dengan budaya Jawa yang selalu mengandung makna di balik penampakan fisiknya, bagian-bagian rumah adat Jawa juga sarat akan makna. Atap rumah adat Jawa cenderung rendah di bagian tepi, ada juga pembatas setinggi sekitar 20 cm antara bagian dalam dan luar rumah. Di rumah joglo asli (dibangun di zaman dulu), dua bagian ini ada di batas antara pendopo dan pringgitan (ruang tengah). Kondisi area pintu masuk yang demikian mengandung arti agar siapa pun selalu berhati-hati dalam melangkah, baik ketika akan masuk ke dalam rumah atau meninggalkan ruma

Master bedroom: Kamar Tidur oleh Maxx Details, Minimalis
3. Rumah adat Jawa telah disesuaikan dengan iklim tropis
 Rumah oleh homify, Tropis Batu Bata

Konstruksi rumah adat Jawa telah dirancang agar memberikan rasa nyaman meskipun didirikan di area beriklim tropis yang cenderung hangat. Hal ini tercermin dari struktur dinding rumah adat Jawa yang terbuka (tanpa dinding di bagian dalam rumah, di rumah modern disebut interior open plan). Selain itu, material dinding juga dirancang agar membantu menyejukkan suhu ruangan. Ada rumah adat Jawa yang menggunakan dinding kombinasi bambu dan papan (kotangan), dinding papan (gebyog), dan dinding bambu (gedheg). Udara yang masuk dari sela-sela papan atau bambu akan menyebar ke seluruh ruangan, menggantikan udara dalam ruangan. Inilah mengapa rumah adat Jawa selalu terasa adem bahkan di tengah cuaca panas.

Meskipun atap rumah adat Jawa model limasan dan tajuk lebih rendah di bagian tepi, tetapi bentuk atap meruncing di bagian tengah. Bentuk ini juga handal dalam melancarkan sirkulasi udara di dalam rumah, sama seperti rumah berlangit-langit tinggi peninggalan era kolonial. Material kayu dan bambu juga punya peranan dalam menjaga suhu ruangan. Lantai kayu memang akan cenderung menyerap panas, sehingga dibuatlah kolong rumah agar udara di bawah rumah bisa mengalir naik melalui sela-sela lantai kayu.

4. Rumah adat Jawa bisa diciptakan di mana saja

Interior Residential - Lanata 2 Residence: Ruang Keluarga oleh RANAH, Eklektik

Kompleksnya struktur dan denah lantai rumah adat Jawa menjadi penyebab mengapa gaya rumah ini ditinggalkan. Pembangunan atap limasan dan atap tajuk memerlukan keahlian profesional dengan ketrampilan khusus, dan biayanya pun tidak sedikit. Di samping itu, harga material kayu pun semakin mahal setiap tahun. Bagaikan pungguk merindukan bulan, kita mengagumi keindahan rumah adat Jawa tetapi tidak bisa memilikinya. Haruskah demikian? Tidak juga.

Seperti yang pernah kami ulas di artikel-artikel sebelumnya, keterbatasan bisa menjadi potensi yang menunggu untuk dikembangkan. Unsur-unsur yang kurang relevan dengan suasana kekinian bisa dihilangkan tanpa mengabaikan esensi utamanya. Bila berniat membangun rumah joglo namun terkendala dengan masalah lahan, beberapa bagian bisa disesuaikan sesuai kebutuhan. Misalnya dengan menghilangkan ruang pringgitan (ruangan untuk mementaskan wayang), sehingga rumah adat hanya terdiri dari pendopo dan ruang belakang (omah njero) yang terbagi menjadi kamar-kamar tidur, kamar mandi, dan dapur. Dinding kayu bisa diganti dengan dinding batu bata ekspos, dan lantai kayu bisa digantikan lantai teraso atau lantai tanah liat. Dengan menyingkirkan sofa dan meja kopi, sebuah ruang tamu khas Jawa sudah tercipta. Bila membangun rumah joglo tidak sesuai dengan kekuatan bujet, membangun rumah kampung mungkin bisa jadi pilihan.

Elemen dekoratif kayu berukir memang menjadi ciri khas rumah Jawa yang sangat populer. Meski demikian, elemen ini bukankah elemen satu-satunya yang bisa mendatangkan nuansa Jawa di rumah. Elemen lain ada di poin selanjutnya.

5. Nuansa Jawa bisa dihadirkan melalui furnitur

 Ruang Makan oleh homify, Modern

Furnitur antik atau furnitur vintage selalu bisa mendatangkan suasana masa lalu dalam ruangan. Furnitur antik gaya Jawa mampu mendatangkan atmosfer Jawa dalam rumah yang tidak berbentuk rumah joglo maupun rumah kampung. Harga furnitur antik juga bisa dibilang wow karena bisa mencapai puluhan juta rupiah. Sebagai gambaran, seperangkat kursi tamu dari bahan kayu jati ditawarkan seharga Rp 19 juta. Agar tidak salah pilih, tips memilih furnitur antik berikut ini bisa diterapkan:

1. Kualitas kayu
Furnitur antik umumnya terbuat dari kayu. Bila sudah uzur, kayu cenderung keropos atau dimakan rayap. Coba periksa apakah ada lubang atau retak pada furnitur. Goyangkan furnitur ke kanan dan ke kiri untuk mengetahui apakah furnitur masih cukup kokoh.

2. Orisinalitas
Saat ini furnitur antik ada dua macam. Pertama, furnitur antik yang benar-benar diproduksi di zaman dulu. Sedangkan yang kedua adalah furnitur baru yang didesain dengan gaya antik. Dari dua jenis furnitur antik ini, pemilik rumah perlu memutuskan mana yang disukainya. Untuk bisa membedakan antara furnitur antik dengan furnitur baru gaya antik, calon pembeli harus mempunyai sedikit pengetahuan tentang barang antik. Ia harus mengetahui apakah elemen-elemen tambahan pada furnitur, misalnya engsel, lubang kunci, gagang, dll, benar-benar asli.

3. Fungsi furnitur
Apa gunanya mempunyai sebuah benda yang tidak dapat digunakan sesuai fungsinya? Sebelum membeli furnitur antik, ujilah apakah furnitur masih bisa digunakan. Misalnya, dengan mencoba mendudukinya, atau membuka tutup pintunya.

4. Aroma
Furnitur antik dan terawat akan mengeluarkan aroma kayu yang harum. Bila tidak, itu pertanda furnitur kurang terawat. Dengan kondisi yang demikian, calon pembeli bisa menawar harga furnitur antik lebih rendah daripada harga jual yang ditawarkan. Furnitur antik dengan kualitas yang kurang sempurna bisa diperbarui agar layak dipajang dan difungsikan sebagaimana mestinya

RUMAH JOGLO JAWA-bangunan rumah dengan kayu

RUMAH JOGLO JAWA-bangunan rumah dengan kayu

RUMAH JOGLO JAWA bentuk desain rumah klasik tentu tidak lepas dari desain bangunan lama dengan menggunakan banyak kayu untuk material utamanya. Menggunakan bermacam kayu seperti desain rumah jawa tentu kita harus bisa mengerti bagaimana tipe kayu yang sesuai untuk bangunan kita.Membangun RUMAH JOGLO JAWA sekarang banyak diminati untuk kalangan pebisnis yang ingin membuat rumah sebagai tempat masa tua sesudah pensiun pada umumnya. Pada tulisan sebelumnya kita telah membahas tips sederhana memilih furnitur, nah kali ini kita akan membahas yang berhubungan dengan furniture yaitu kelebihan dan kekurangan semua jenis kayu yang ada di Indonesia, sebelum anda membaca kelebihan dan kekurangan dari setiap macam dan jenis kayu, usia kayu itu sendiri sangat menentukan kualitas kayu tersebut.


Macam-macam kayu di Indonesia
Yang kami tulis disini adalah jenis kayu yang sering digunakan untuk bahan bangaunan dan furniture, karena Indonesia banyak sekali macam dan jenis kayu, yang tidak mungkin kami bahas satu persatu…

Kayu Kalimantan
Ada banyak jenis kayu kalimantan yang biasa dipakai dalam pembuatan meubel atau furniture juga kusen, pintu, jendela dll, dan masing- memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, berikut jenis-kayu kalimantan :
a) Balo merah
Kayu ini umumnya berwarna merah kecoklatan dan memiliki daya tahan yang kuat terhadap serangan hama seperti rayap dan teter jga tahan terhadap cuaca panas dan lembab, karena kualitasnya yang baik kayuini relatif mahal.
b) Kamfer Samarinda.
Jenis kayu yang ke-2 ini masih mirip-mirip sifatnya seperti balo merah namun kayu ini berbobot lebih ringan dan sangat cocok untuk bahan daun pintu minimalis, dan juga untuk bahan kontruksi atap dan plafon, apalagi jika melalui proses pengeringan dengan oven.
c) Bengkirai
Kayu bengkirai merupakan salah satu jenis kayu yang berkualitas bagus. Hal tersebut dapat dibuktikan pada saat dalam proses pengerjaan (pengerjaan kayu bengkirai). Kayu bengkirai ini mudah diproses seperti diserut, dipotong, diukir dll. Oleh sebab itu, banyak orang yang memasukkan kayu bengkirai ini ke dalam golongan jenis-jenis kayu pertukangan.
Dan dalam prakteknya, saat ini banyak sekali orang-orang yang menggunakan kayu bangkirai ini untuk memproduksi beraneka macam produk dari kayu. Hal tersebut memang tidak bisa dilepas dari kualitasnya yang memang terbukti benar-benar baik oleh dunia pertukangan. Dan hingga saat ini, permintaan terhadap kayu bengkirai sangatlah banyak, oleh sebab itu, kayu bengkirai ini masuk ke dalam daftar jenis kayu yang memiliki nilai komersial, Kayu bengkirai identik dengan kayu kuat, karena kayu jenis ini biasanya berbobot lebih berat dan keras, namun kayu ini rentan tehadap cuca panas yang biasanya menyebabkan retak pada permukaan kayu.
d) Kompas/kempas
Kayu ini masih satu family dengan kayu bengkirai namun serat kayunnya yang kebanyakan tida kteratur atau melintang menyebabkan kayu ini terlalu mudah ratak parah dan biasanya sampai berlubang. Pada kayu kelas super kayu ini berwarna coklat kemerah-merahan, namun pada kelas menengah warna kayu biasanya bercorak putih seperti bendera.
e) Kruing 
Jenis kayu ini biasanya berwarna coklat memiliki serat yang lurus dan biasanya berminyak. Dalam keadaan kering kayu ini mirip seperti kamfer. Namun kayu ini dapat terserang hama kayu.
f) Meranti 
Kayu meranti ada yang berwarna putih, dan coklat berserat lurus, dan berbobot ringan, jenis kayu ini kurang cocok untuk di jadikan kusen namun masih aman bila di jadikan bahan daun pintu.

Kayu jawa
a) Mahoni
Kayu mahoni berwarna merah jika yang sudah tua, banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan bahan bangunan, terutama pada rumah-rumah di Jawa kayu mahoni digunakan untuk kerangka atap dan plafon, mempunyai tekstur halus dan berat, kayu mahoni sangat kuat untuk menahan beban tetapi kayu ijni mudah terserang rayap, dan kurang tahan pada perubahan suhu yang ekstrim.
b) Sengon
Kayu sengon mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, karena umurnya yang relatif singkat, kayu sengon bisa dipanen pada usia 5 tahun sehingga banyak petani yang menanam jenis kayu ini, tetapi tidak banyak digunakan sebagai bahan bangunan dan furniture karena faktor ketahanan karena sangat rentak dimakan rayap dan jika terkena air sedikit saja rentan lapuk, kayu sengon cocok untuk bahan baku kemasan dan juga sebagai komiditi eksport.
c) Kayu Jati
Karakteristik dari kayu jati yang paling dikenal orang adalah karena keawetannya dan daya tahannya terhadap perubahan cuaca dibandingkan dengan jenis kayu lain. Selain itu pula karakter serat dan warnanya memiliki ciri khas tersendiri. Oleh karena itulah harga kayu jati lebih mahal.
Pohon
Tinggi pohon bisa mencapai 50 meter dengan Ø hingga 1,2 meter. Umur pohon jati yang ideal untuk mendapatkan kualitas terbaik adalah di atas 40 tahun. Kecepatan tumbuh pohon jati relatif lambat sehingga densitas kayunya pun lebih baik. Untuk memperoleh Ø 40 cm dibutuhkan minimal 50 tahun masa tumbuh.
Warna Kayu
Coklat dan emas warna gelap pada kayu terasnya. Bagian kayu gubal berwarna krem atau bahkan putih kecoklatan. Pada beberapa jenis kayu jati terdapat warna kemerahan pada saat baru saja dibelah. Setelah beberapa lama di letakkan di udara terbuka dan terutama di bawah sinar matahari, warna tersebut akan berubah coklat muda.
Keawetan
Kayu Jati tergolong pada kayu dengan kelas awet I. Memiliki daya tahan yang kuat terhadap jamur, busuk karena udara lembab atau serangan serangga. Kayu Jati juga memiliki daya tahan yang baik terhadap cuaca dan perubahan suhu.
Dengan karakteristik khusus yang dimiliki kayu jati yaitu kandungan minyak pada kayu Jati membuat kekuatan Jati lebih baik dari jenis kayu yang lain.
Pengeringan
Beberapa manufaktur menggunakan cara pengeringan yang sedikit berbeda pada kayu jati. Jika biasanya pada bentuk papan lembaran biasa masuk ke ruang pengering, mereka melakukan dengan cara membentuk kayu menjadi komponen setengah jati ke dalam ruang pengeringan. Disisakan sepersekian milimeter untuk proses amplas setelah pengeringan.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan kayu jati adalah sekitar 14-25 hari dengan temperature maksimum 80 derajat Celcius.
Proses Mesin & Konstruksi
Susunan serat kayu Jati yang kecil memudahkan proses mesin dengan hasil yang halus dan rata. Bisa dihasilkan kepala kayu yang halus pada saat proses pemotongan melawan arah serat.
Karena kelebihan kayu Jati dari warna serat dan kelas awetnya, sebagian besar produsen furniture atau pemakai kayu jati tidak melapiskan bahan finishing karena lapisan minyak/lilin alaminya sudah merupakan bahan pengawet

Open chat
Konsultasi Gratis
Konsultasi Gratis