BISNIS BANGUN KOS KOSAN JOGJA mempunyai usaha di bidang property tentu merupakan suatu hal yang sangat menguntungkan, Apalagi jika kita membuka bisnis tersebut di kota besar yang padat penduduknya. Salah satu nya adalah BISNIS BANGUN KOS KOSAN JOGJA. Di kota gudeg ini atau juga dikenal dengan kota pelajar, kos-kosan bisa dibilang menjadi investasi dengan prospek yang cukup baik. Harganya naik mengikuti inflasi, jadi cocok diandalkan sebagai penghasilan pasif setiap bulan.
Jika ingin memulai usaha membangun kos kosan, maka hindari tujuh hal di bawah ini :
1. Menganggap remeh perencanaan bisnis
Sebagai pengusaha, hal pertama yang harus kamu miliki adalah perencanaan. Beberapa hal pertama yang harus dipikirkan misalnya seperti bentuk gedung atau rumah kos-kosan, fasilitas yang ingin disediakan, dan target pasar yang disasar.
Lantas, masuk ke hal yang lebih detail. Seperti, biaya pembangunan atau renovasi, tarif sewa yang dipatok, perkiraan waktu balik modal, dan lain-lain. Jangan sekadar menerima bayaran setiap bulan saja tanpa tahu progres keuangan, atau bahkan merugi.
2. Merasa bisa mengerjakan semua sendiri
Kesalahan umum seorang pebisnis amatir adalah mengerjakan semua hal sendiri. Mandiri tentu boleh, tapi seorang pebisnis amatir hendaknya memiliki asisten yang bisa dipercaya untuk membantu eksekusi sehari-hari. Tujuannya, agar si pebisnis bisa fokus untuk mengembangkan bisnis.
Anda cukup datang sesekali untuk memerika keadaan kos dan menerima pembayaran. Tidak perlu memikirkan hal-hal kecil lainnya karena sudah ditangani oleh asisten.
3. Tidak beriklan
Beriklan tidak harus mengeluarkan uang. Zaman kini sudah banyak media online gratis untuk memasarkan kos-kosan seperti OLX atau situs khusus pencari kos dan rumah sewa. Tulis dengan detail mengenai keunggulan, fasilitas, dan harga sewa kos. Jangan lupa sertakan foto yang bagus dan menarik.
Beriklan itu penting karena jika hanya mengandalkan pemasaran dari mulut ke mulut, tentunya tidak cukup. Dengan mengiklankan kos-kosan ke internet, jangkauan pemasaran jadi jauh lebih luas. Apalagi, saat ini orang-orang lebih mengandalkan mencari info kos melalui internet.
4. Tidak memperhatikan harga pasaran
Sebelum menentukan harga sewa kos-kosan, sebaiknya cek harga pasaran supaya tarif sewa yang ditentukan tidak terlalu murah atau mahal. Harga pasaran ini bisa diketahui dari mesin pencari Google, atau melalui situs pencari rumah sewa. Cek juga juga fasilitas apa yang ditawarkan oleh kompetitor supaya tahu perbandingannya lebih detail.
5. Melakukan perjanjian hanya secara lisan dengan stakeholder
Mayoritas perjanjian penyewaan kamar antara pemilik dan penyewa dilakukan hanya dengan lisan. Tanpa ada MoU atau hitam di atas putih.
Padahal, perjanjian tertulis itu sangat penting karena bisa melindungi kedua belah pihak. Dengan begitu, pihak-pihak terkait, baik itu penyewa, karyawan, maupun pemilik kos akan lebih bertanggung jawab dalam menjalankan hak dan kewajibannya.
6. Tidak memaksimalkan keuntungan
Meskipun bisnis utama yang dijalankan adalah kos-kosan, bukan berarti pendapatan hanya dari uang sewa. Maksimalkan pendapatan melalui bisnis sampingan yang menunjang, seperti jasa laundry, katering, atau menjual voucher wifi.
Tidak sekadar menambah pendapatan, penghuni kos pun pasti puas dan tambah nyaman bisa mendapatkan fasilitas tambahan selain kamar. Ujung-ujungnya, mereka akan menjadi penghuni kos yang loyal dan enggan pindah.
7. Bisnis tidak dikelola secara efektif
Pemilik kos sebaiknya mengikuti perkembangan teknologi untuk mempermudah penyewa dan pemilik. Misalnya, pembayaran sewa tidak harus cash, tapi bisa ditransfer melalui internet banking.
Untuk memperlancar komunikasi, gunakan media komunikasi, seperti WhatsApp atau Line dengan para penyewa untuk menerima keluhan dan saran perbaikan fasilitas. sumber liputan 6